Finansial

IHSG Berpotensi Menguat pada Hari Jumat di Tengah Sinyal Global yang Beragam

Pasar saham Indonesia mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah lebih dari 25 poin atau sekitar 0,4 persen dalam periode tersebut. Saat ini, IHSG berada sedikit di atas level 7.200 dan diperkirakan akan mendapat dukungan pada perdagangan hari Jumat.

Secara global, prospek untuk pasar saham Asia masih tidak menentu karena adanya data ekonomi yang bertolak belakang, perkembangan terkait perdagangan internasional, serta dinamika geopolitik. Pasar Eropa ditutup melemah, sementara bursa saham Amerika Serikat berhasil mencatatkan sedikit penguatan. Dengan latar belakang ini, bursa Asia kemungkinan besar akan mengikuti arah positif dari Wall Street.

Pada perdagangan Kamis (12 Juni), IHSG ditutup melemah tipis akibat pergerakan campuran dari sektor keuangan, saham-saham semen, dan perusahaan tambang. Indeks turun sebesar 18,09 poin atau 0,25 persen, berakhir di posisi 7.204,37.

Dari Amerika Serikat, Wall Street menunjukkan sentimen yang hati-hati namun optimis. Tiga indeks utama dibuka di zona merah namun perlahan berbalik arah dan berhasil ditutup menguat. Dow Jones naik 101,85 poin atau 0,24 persen ke posisi 42.967,62. NASDAQ menguat 46,61 poin atau 0,24 persen menjadi 19.662,48. Sementara itu, indeks S&P 500 mencatat kenaikan 23,02 poin atau 0,38 persen dan berakhir di level 6.045,26.

Kenaikan ini terjadi seiring para pelaku pasar mencerna laporan inflasi produsen terbaru di AS. Data dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa kenaikan harga produsen di bulan Mei lebih rendah dari yang diperkirakan, sehingga meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga lanjutan oleh bank sentral AS.

Meski begitu, sentimen pasar masih dibayangi ketidakpastian mengenai kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang diumumkan pada hari Rabu namun belum disertai dengan rincian yang jelas. Hal ini sempat menekan pergerakan saham pada awal sesi perdagangan.

Di sisi lain, harga minyak mentah dunia kembali bergerak turun secara moderat pada perdagangan Kamis. Penurunan ini dipicu oleh aksi ambil untung, meskipun dibatasi oleh ketegangan geopolitik yang meningkat antara AS dan Iran, terutama terkait isu program nuklir Iran. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 0,11 dolar AS menjadi 68,04 dolar AS per barel.

Dari dalam negeri, perhatian investor juga tertuju pada rilis data penjualan ritel Indonesia untuk bulan April yang dijadwalkan keluar pada hari Jumat. Sebelumnya, pada bulan Maret, penjualan ritel tercatat tumbuh 5,5 persen secara tahunan. Data ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi konsumsi rumah tangga, yang menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan sejumlah faktor eksternal dan domestik tersebut, pasar saham Indonesia berpotensi bergerak naik pada perdagangan akhir pekan, meski tetap diwarnai kehati-hatian dari para pelaku pasar dalam menyikapi sentimen global.